TRANSLATE

English French German Russian Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Ciri Dewasa

Menjadi semakin tua adalah keniscayaan. Menjadi dewasa adalah suatu pilihan. Demikianlah ungkapan pepatah yang sering kita dengar. Apabila kita mau mencermati kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, maka akan sampailah kita pada kesimpulan bahwa pepatah itu mengandung kebenaran.

Pembaca yang budiman! Barangkali Anda pernah (bahkan bisa jadi sering) menjumpai orang-orang yang usianya sudah tidak muda lagi, tapi gaya bicara dan tingkah lakunya masih seperti anak-anak. Kenapa dikatakan seperti anak-anak? Coba kita evaluasi, betapa banyak orang yang usianya sudah tua tapi masih suka asal bicara, mudah merajuk, mudah tersinggung dan marah, ditambah lagi kurang berhati-hati dalam bertindak. Bukankah sifat dan perbuatan seperti itu sangat melekat dengan kepribadian anak-anak? Pertanyaannya adalah apakah mereka yang demikian itu bisa disebut sebagai orang dewasa? atau, hanya karena kebetulan saja mereka lebih dulu lahir dari yang masih muda.

Mengevaluasi kedewasaan diri kita masing-masing serta berusaha untuk memperbaikinya adalah tujuan artikel ini ditulis. Sesuai dengan suatu motto pendidikan yang menyatakan; "Pendidikan untuk semua, semua mendidik" sangat baik untuk kita jadikan bahan motivasi. Bagaimana kita akan mampu mendidik dengan baik kepada yang lebih muda, jika kita sendiri belum siap untuk mendidik alias belum benar-benar dewasa.

Banyak sekali defenisi tentang dewasa yang bisa dibuat. Defenisi dewasa yang dipilih dalam tulisan ini adalah "Kemampuan berbuat dan  menempatkan sesuatu sesuai dengan yang semestinya." Ketika ada suatu masalah yang harus diselesaikan, maka orang yang dewasa akan berusaha mencari jalan keluarnya atau penyelesainnya, bukan lari dari masalah atau mencari kambing hitam serta mencari alasan.

Ada beberapa ciri untuk menilai kedewasaan seseorang, antara lain:
Pertama; Diam yang bijak. Orang yang benar-benar dewasa akan diketahui dari kemampuannya mengendalikan lisannya. Ia tidak akan sala bicara. Setiap kata yang diucapkannya telah melalui pertimbangan pikiran dan hati. Seseorang yang gemar sekali mengomentari segala sesuatu yang tidak ada manfaatnya bahkan nafsu bicaranya lebih besar dari selera makannya merupakan tanda ia belum dewasa.

Diam yang menunjukkan kedewasaan adalah diam yang dilakukan dengan pertimbangan dan memiliki tujuan positif. Perlu diketahui, bahwa diam itu ada 6 macam, yaitu; diam bodoh, diam malas, diam sombong, diam khianat, diam marah, dan diam bijak.

Diam bodoh, yaitu diam yang terjadi karena memang tidak tahu apa yang harus dikatakan. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya ilmu atau lemahnya akal dalam memahami suatu permsalahan. Namun diam seperti lebih aman dan lebih baik daripada memaksakan diri sehingga menjadi orang sok tahu.

Diam malas merupakan keburukan, karena diam pada saat orang memerlukan bicaranya tapi ia enggan berbicara telah melukai rasa keadilan.

Diam sombing termasuk diam negatif karena diamnya didasarkan anggapan bahwa orang yang diajak bicara tidak selevel atau tidak setara dengan dirinya.

Diam khianat adalah diamnya orang jahat karena ia dapat mencelakakan orang lain. Diam pada saat dibutuhkan kesaksiannya untuk menyelematkan pihak yang benar adalah merupakan diam yang keji.

Diam marah ada baiknya dan ada pula buruknya. Baiknya dalah jauh lebih terpelihara dari perkataan keji yang akan memperkeruh suasana. Namun, buruknya adalah ia berniat bukan untuk mencari solusi tapi untuk memperlihatkan kemurkaannya, sehingga boleh jadi diamnya ini menambah masalah juga.

Jenis diam yang kita harapkan adalah jenis diam yang bijak. Yang dimaksud dengan diam yang bijak yaitu bersikap diam sebagai hasil dari pemikiran dan pertimbangan hati yang membuahkan keyakinan bahwa diam  (menahan diri) akan lebih bermanfaat daripada bicara.

Kedua; Kemampaun ber-empati. Anak-anak biasanya tidak dapat menimbang perasaan orang lain, apakah orang lain tersinggung atau tidak dengan perkataannya. Orang yang asal bicara dan tidak mempedulikan perasaan mitra bicaranya berarti belum jadi orang dewasa.

Kemampuan ber-empati juga dapat diartikan memiliki kepedulian serta menghargai keberadaan orang lain. Perhatikanlah seorang Ibu yang menyayangi anaknya, guru yang mengajar muridnya dengan ikhlas, majikan yang memanggil pembantunya dengan sopan, semua itu merupakan bentuk kepedulian dan menghargai pihak lain.

Ketiga; Hati-hati dalam mengambil keputusan dan bertindak. Sangat berbeda antara anak-anak dan orang dewasa dalam bertindak dan mengambil keputusan. Anak-anak sering mengambil keputusan serta bertindak sesuai dengan apa yang nampak di depan matanya saja. Sedangkan orang dewasa bisa melihat dan memperhitungkan segala kemungkinan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan.

Keempat; Kemampuan Bersabar. Orang dewasa itu harus lebih sabar dari anak-anak. Seorang ibu yang dengan sabar berhasil mendidik anak-anaknya merupakan bukti kedewasaannya sebagai orang tua. Sedangkan anak-anak sering melakukan perpanjangan tangisan hanya karena supaya cepat dibelikan es krim atau permen.

Kelima; Kemampuan Menjalankan Amanah. Merusak kesehatan tubuh sendiri yang dilakukan secara sadar merupakan bukti bahwa seseorang kuranng dewasa. Anak balita saja tidak akan mau menyakiti dirinya sendiri secara sengaja seperti yang dilakukan oleh pecandu narkoba dan yang semisal dengannya.

4 komentar:

  1. terima kasih banyak semoga amal pa ustad bermanfaat amin

    BalasHapus
  2. sering2 membuat artikel yang intinya untuk memotivasi kehidupan umat semoga amal bakti pa ustad akan mendapatkan balasan pahala dari Allah

    BalasHapus
  3. sering2 membuat artikel yang intinya untuk memotivasi kehidupan umat semoga amal bakti pa ustad akan mendapatkan balasan pahala dari Allah

    BalasHapus
  4. Amin. terima kasih sdh membaca dan mendoakan. insya Allah.

    BalasHapus

Klik Sign in untuk menjadi Anggota!