TRANSLATE

English French German Russian Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Bekerja Sebagai Ibadah

Allah SWT telah menegaskan bahwa tujuan diciptakannya jin dan manusia adalah untuk mengabdi atau beribadah kepada-Nya.
"Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyat:56)
Sebagian orang menganggap demikian terbatasnya aktifitas manusia yang mengisi hidupnya hanya untuk ibadah. Anggapan seperti ini terjadi karena pemahamannya tentang ibadah masih kurang lengkap. Menurut mereka, ibadah itu hanya berkaitan dengan ibadah ritual, seperti shalat, puasa, haji, dan yang semisal dengannya. Sedangkan urusan selain itu dianggap bukan bagian dari ibadah.
Sebagaimana kita maklumi, sesungguhnya manusia sangat perlu untuk melakukan usaha guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu usaha tersebut dinamakan dengan bekerja. Motivasi dalam bekerja itu bisa berbeda-beda. Ada yang bekerja sekedar untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Mayoritas orang melakukannya adalah karena untuk memenuhi nafkah keluarganya. Banyaknya waktu yang digunakan sehari-hari untuk bekerja biasanya mencapai 8 sampai 9 jam/hari. Jika bekerja itu tidak menjadi bagian dari ibadah kepada Allah, maka alangkah banyaknya waktu terpakai yang tidak digunakan untuk melaksanakan tugas pokok sebagai hamba Allah yakni beribadah.
Apakah bekerja mencari nafkah bisa menjadi bagian dari ibadah kepada Allah dan bagaimanakah caranya? Pertanyaan ini sangat penting untuk ditemukan jawabannya dalam kaitan membuat waktu kerja yang panjang itu menjadi bernilai ibadah. Semakin banyak mengisi kehidupan dengan ibadah, maka akan semakin banyak pula investasi akhirat yang dapat kita persiapkan.
Bekerja mencari nafkah itu bisa menjadi bagian ibadah kepada Allah. Sebenarnya cara atau rumus untuk menjadikan setiap pekerjaan kita menjadi bernilai ibadah cukup sederhana, yaitu niat yang benar dan dilaksanakan sesuai ajaran Islam. Apabila dua rumus itu kita terapkan, insya Allah pekerjaan yang kita lakukan bernilai pahala.
Walaupun rumus itu cukup sederhana, akan tetapi untuk dapat mewujudkannya dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sebaik-baiknya. Rintangan dan ujian menjadi hal yang sangat wajar akan ditemui. Semua itu justru menjadi seleksi alamiah untuk mengetahui siapa di antara manusia itu yang lebih berkualitas amal atau kerjanya.
“(Dia) yang menjadikan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Al-Mulk:2)
Seseorang yang bekerja mencari nafkah untuk keluarganya dengan didasari niat yang ikhlas dan tanggung jawab demi menunaikan kewajiban sebagai seorang suami. Ia juga melakukannya karena menjaga amanah dari Allah berupa anak dan istri, kemudian ia tidak mau melakukan suatu pekejaan kecuali dengan cara yang benar dan halal. Orang yang bekerja dengan niat yang ikhlas dan cara seperti ini berarti telah berhasil menjadikan pekerjaannya sebagai bagian dari ibadah kepada Allah SWT. Semakin banyak melakukan aktivitas ibadah maka semakin banyak investasi kita untuk akhirat dan tentunya harus menjaga kualitasnya.
Suatu pekerjaan yang didasari dengan niat untuk ibadah kepada Allah akan membentengi pelakunya dari melakukan hal-hal yang tidak baik dalam pekerjaannya. Staf/Karyawan yang ikhlas akan berusaha memberikan sumbangsih terbaiknya bagi perusahaan tempat Ia bekerja karena didukung semangat bahwa kerja adalah ibadah, sedangkan ibadah yang diterima Allah adalah yang berkualitas. Malas dan ketidakjujuran dalam bekerja akan menghilangkan nilai pahala di sisi Allah serta merusak kredibilitas seseorang dalam pandangan pimpinannya.
Bekerja secara ikhlas karena dilandasi niat ibadah akan menuntun seseorang untuk giat dan sungguh-sungguh melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas yang diamanahkan kepada dirinya. Semakin banyak tugas yang dapat terselesaikan dengan baik akan memperbesar peluang untuk mendapatkan penghargaan yang lebih wajar. Kita tidak bisa hanya berharap supaya pimpinan/atasan menghargai kita, jika kita tidak membuat diri menjadi berharga. Semuanya butuh usaha dan kesabaran dalam menjalani proses untuk mewujudkan harapan kita. Bekerja dengan baik dapat disebut sebagai amal shalih. Allah memberikan kabar gembira,
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl:97)
Bisa jadi sebagian pembaca masih ada yang bertanya-tanya, “Apakah ada dalil yang lebih khusus untuk memperkuat pernyataan bahwa bekerja mencari nafkah adalah bagian dari ibadah kepada Allah?”
Firman Allah dalam surat Al-Qashash ayat 77 ini semoga cukup meyakinkan kita semua, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Pada ayat tersebut diterangkan bahwa kita disuruh untuk mencari kebahagiaan akhirat. Akan tetapi, kita juga diingatkan oleh Allah agar jangan melupakan kebahagiaan kita di dunia ini. Dr. ‘Aidh Al-Qarni dalam at-Tafsir al-Muyassar menerangkan makna firman Allah dalam surat Al-Qashash ayat 77 sebagai berikut: “Jadikanlah tujuan pemerolehan harta ini untuk mencari pahala di sisi Allah dan carilah ridha Allah dalam berbagai nikmat dan kebaikan yang telah diberikan oleh Allah kepadamu. Meskipun kamu beramal untuk akhirat, namun jangan meninggalkan kenikmatan yang halal sesaat di dunia, tanpa terlalu berhemat atau pun boros. Berbuat baiklah kepada orang para orang lain dengan cara memberi manfaat dan pertolongan sebagaimana Allah telah berlaku baik kepadamu dengan memberimu karunia yang banyak...”.
Sekarang sudah jelaskan, mencari kejayaan akhirat itu disuruh oleh Allah, tetapi bekerja mencari dunia juga disuruh-Nya. Dengan bekerja, akan menghindarkan kita dari meminta-minta.

4 komentar:

  1. Ass, subhanallah bermanfaat. Ustadz saya mau tanya, fenomena saat ini banyak ustadz yang ceramah dengan menetapkan tarif.bagaimana hukumnya dalam Islam ustadz? terima kasih atas perhatiannya

    BalasHapus
  2. Wss. Ceramah untuk agama dengan menetapkan tarif hukumnya haram, karena berarti telah menjual ayat-ayat Allah dengan harga dunia. Allah telah melarang hal tsb sebagaimana terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 41. Trima kasih.

    BalasHapus
  3. Terima kasih Ustadz, berkat membaca artikel ini sy menjadi lebih bersemangat dalam bekerja. Harapan Sy semoga suatu ketika Sy bisa langsung mendengarkan ceramah2 Ustadz.

    BalasHapus
  4. alhamdulillah, sejuk rasanya... terima kasih ustadz

    BalasHapus

Klik Sign in untuk menjadi Anggota!