TRANSLATE

English French German Russian Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Cara Membangun Kemauan

          
Setiap kita pasti mengharapkan kesuksesan. Namun tidak semua orang dapat mewujudkan harapan tersebut. Walaupun sebenarnya, setiap manusia memiliki potensi untuk sukses. Karena manusia telah dibekali oleh Allah dengan akal fikiran yang dapat dipergunakan untuk berkreativitas.
      Salah satu persoalan yang mendasar adalah; apakah harapan untuk meraih kesuksesan itu telah didukung dengan adanya kemauan berusaha? Suatu harapan tanpa usaha, akan menggiring seseorang untuk menemui impian dan khayalan belaka.
Sesungguhnya kemauan itu mengalahkan kepintaran. Banyak orang yang ilmunya biasa-biasa saja, namun dapat menghasilkan karya yang luar biasa, karena memiliki kemauan yang kuat dalam berusaha. Sebaliknya, betapa banyak orang yang pintar, tapi tidak dapat menghasilkan karya istimewa karena tidak didukung dengan kemauan untuk berbuat.
Tahukah anda, bahwa Thomas Alfa Edison, sang penemu bola lampu listrik, awalnya adalah seorang siswa yang divonis sangat bodoh oleh gurunya sehingga harus dikeluarkan dari sekolahnya? Akan tetapi, berkat kemauannya yang kuat dalam berusaha, akhirnya ia berhasil menciptakan listrik, yaitu suatu karya yang sangat dikagumi dan sangat dihargai oleh seluruh dunia. Kemudian dua orang bersaudara yang bernama Orville dan Wilbur. Mereka adalah manusia yang pertama sekali berhasil membuat pesawat terbang. Padahal keduanya hanya berprofesi sebagai montir sepeda.
Sebelum memeluk Islam, khalifah Islam Umar bin Khattab adalah seorang preman yang sangat ditakuti. Akan tetapi, beliau memiliki kemauan yang kuat untuk memperbaiki diri dan semangat yang membara untuk berkarya, sehingga akhirnya beliau berhasil menjadi pemimpin Islam yang sangat dikagumi.
Kemauan yang kuat untuk berkarya, menjadi latar belakang keberhasilan mereka. Kisah mereka ini seharusnya dapat menjadi pemacu semangat bagi kita, jika kita memiliki kemauan berusaha, berarti kita memperbesar peluang untuk meraih keberhasilan. Siapa pun kita, tetap memiliki peluang untuk meraih kesuksesan dan menghasilkan karya istimewa.
Kemauan juga sangat berkaitan erat dengan kesempurnaan amal/ibadah. Setiap amal sangat tergantung kepada niatnya. (Innamal a’malu binniyāt). Niat seringkali menjadi salah satu rukun yang menentukan syah atau tidaknya ibadah seseorang. Bukankah niat itu berakar dari adanya kemauan? Seseorang yang melakukan ibadah tanpa didasari kemauan yang terbit dari dirinya sendiri, maka akan melahirkan bentuk amal yang tidak ikhlas, atau bahkan keterpaksaan.
Mencermati demikian urgennya peran kemauan, maka sangat penting bagi  kita untuk mengetahui cara atau langkah-langkah dalam membangun kemauan tersebut. Ada lima langkah dalam membangun kemauan, yaitu:
Pertama, menentukan dan memiliki tujuan hidup. Setiap kita harus dapat menentukan dan memiliki tujuan hidup. Tanpa adanya tujuan, seseorang tidak akan tahu kemana harus melangkah dan tidak akan dapat menyesuaikan gaya. Seorang Muslim idealnya harus memiliki tujuan hidup jangka pendek dan tujuan hidup jangka panjang. Tujuan jangka pendek adalah tujuan untuk kehidupan dunia. Tujuan hidup jangka pendek berkaitan dengan persoalan; 1) Apa yang bisa kita perbuat? Kita mau jadi apa? Serta, kita mau dikenang sebagai apa? Orang yang baik atau orang yang buruk?
Sedangkan untuk tujuan jangka panjang adalah tujuan hidup untuk kepentingan akhirat. Hal ini berkaitan dengan dua pilihan saja, yakni mau punya tempat tinggal di syurga atau di neraka? Jika ingin bertempat tinggal di syurga, maka harus bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah SWT. Tujuan hidup jangka pendek dan tujuan hidup jangka panjang ini sesuai dengan do’a yang tercantum dalam surat Al-Baqarah ayat 201:
Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka".
Kemudian dipertegas lagi dengan firman Allah:
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (QS. Al-Qashash:77)
Kedua, memahami manfaat dari suatu perbuatan atau pekerjaan. Kita akan bersemangat melakukan sesuatu, jika kita memahami manfaatnya. Allah SWT juga membangkitkan motivasi dan kemauan kita untuk beribadah dengan menginformasikan manfaatnya, misalnya dengan balasan syurga yang penuh dengan kenikmatan di dalamnya. Salah satunya adalah:
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada Kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya”. (QS.Al-Baqarah:25)
Ketiga, menyadari betapa ruginya jika tidak mau berbuat. Jika kita tidak mau berbuat, maka tidak akan menghasilkan sesuatu. Hal ini adalah suatu kerugian yang sangat besar. Hal ini juga ditegaskan oleh Allah SWT dalam surat Al-‘Ashr ayat 2 “Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian”, jika tidak ingin merugi maka hendaklah kita bersedia melakukan kebaikan-kebaikan. Ayat selanjutnya dalam surat Al-‘Ashr tersebut menginformasikan, jika tidak ingin merugi, maka lakukanlah “Beriman dan beramal shalih, saling berwasiat dengan kebenaran dan  kesabaran”. Kalimat beramal shalih perlu menjadi perhatian khusus.
Keempat, memandang dan menyikapi masalah yang timbul sebagai ujian. Dalam usaha mencapai tujuan tidak pernah terlepas dari adanya masalah. Supaya kemauan kita tidak surut, maka masalah tersebut harus pandang dan disikapi sebagai ujian. Ujian adalah batu loncatan untuk meraih kedudukan yang lebih baik dan penghargaan yang lebih layak. Bukankah dalam hidup ini ujian juga sering digunakan sebagai sarana untuk memilih dan melatih orang-orang yang lebih berkualitas? Seorang pelajar akan naik tingkatan atau naik kelas apabila ia berhasil mengikuti ujian terlebih dahulu.
Allah SWT juga menjadikan ujian sebagai tahapan untuk menyeleksi siapa diantara hamba-Nya yang lebih baik amalnya dan lebih layak mendapatkan kedudukan mulia.
 “ Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,” (QS. Al-Mulk:2)
     Jika masalah dipandang dan disikapi sebagai ujian, maka tidak akan melemahkan semangat seseorang untuk berusaha, justru masalah tersebut akan memacu semangatnya karena ia yakin setelah ujian akan ada kenaikan kelas atau perbaikan posisi.
            Masalah sangat berjasa dalam kehidupan manusia. Masalah membuat kita menjadi lebih dewasa, lebih arif dan bijaksana, lebih sabar, lebih berpengalaman. Masalah itu juga membuat keberadaan kita menjadi lebih bermanfaat. Seorang dokter akan menjadi bermanfaat karena adanya masalah kesehatan. Seorang guru menjadi bermanfaat karena adanya masalah kebodohan. Keberadaan orang tua juga akan menjadi lebih bermanfaat ketika ada masalah rumah tangga dan problem yang dihadapi oleh anak-anaknya.
Kelima, meyakini bahwa setiap yang kita perbuat pasti ada penghargaan dan pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT. Banyak orang pada awal usahanya merasa bersemangat tapi kehilangan gairah ketika menemui kenyataan bahwa usahanya itu tidak dihargai oleh orang lain.
Agar semangat kita tidak kendur, maka harus kita tanamkan keyakinan bahwa semua usaha yang kita lakukan, sekecil apapun bentuknya pasti akan ada penghargaannya di sisi Allah SWT. Jika kita kehilangan kemauan dan semangat untuk beramal, maka semua itu pasti akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT.
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.  dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.”(QS. Al-Zalzalah:7-8)
Sekecil apa pun usaha yang kita lakukan, jika dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, mudah-mudahan akan membuahkan suatu hasil. Sebaliknya, sebesar apa pun angan-angan, tanpa diiringi dengan usaha, maka tidak akan menghasilkan apa pun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Klik Sign in untuk menjadi Anggota!