TRANSLATE

English French German Russian Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Adab Ketika Buang Air & Istinja'


Beberapa hal yang sering dipertanyakan dalam kajian Thaharah (Istinja’)

Pentingnya Bersuci/Thaharah dalam kaitannya dengan Ibadah Sholat
عَنْ أَبِيهِ أُسَامَةَ بْنِ عُمَيْرٍ الْهُذَلِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَقْبَلُ اللَّهُ صَلَاةً إِلَّا بِطُهُورٍ وَلَا يَقْبَلُ صَدَقَةً مِنْ غُلُولٍ ﴿رواه  ابن ماجه﴾
Usamah bin Umair Al Hudzaili ia berkata; Rasulullah bersabda: "Allah tidak menerima shalat kecuali dengan bersuci, dan tidak menerima sedekah dari harta curian."  (HR. Ibnu Majah:267, Tirmidzi:1,)

Kebanyakan adzab kubur akibat tidak beres dalam urusan istinja’
وَعَنْ أَبِىْ هُرَيْرَةَ ؓ قَالَ: قَالَ رُسُوْلُ اللهِ ﷺ : اِسْتَنْزِهُوْا مِنَ الْبَوْلِ فَاِنَّ عَامَّةَ عَذَابِ الْقَبْرِ مِنْهُ ﴿رواه الدارَقُطني والحاكم﴾
Dari Abu Hurairah ؓ ia berkata: Rasulullah bersabda: Bersihkan diri kamu dari air kencing, sebab kebanyakan siksa kubur daripadanya (akibat tidak beres dalam membersihkannya). وَلِلْحَاكِمِ: اَكْثَرُ عَذَابِ الْقَبْرِ مِنَ الْبَوْلِ, وَهُوَ صَحِيْحُ الْاِسْنَادِ.

اِنَّهُ ﷺ مَرَّ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ: اِنَّهُمَايُعَذِّبَانِ اَمَّا اَحَدُهُمَا فَكَانَ يَمْشِيْ بِالنَّمِيْمَةِ وَاَمَّاالْاٰخَرُ فَكاَنَ لاَ يَسْتَنْزِهُ مِنَ الْبَوْلِهِ ﴿متفق عليه﴾
“Sesungguhnya Nabi melewati dua buah kuburan, ketika itu Beliau bersabda “kedua orang yang ada dalam kubur ini disiksa. Seorang disiksa karena mengadu domba orang, dan yang seorang lagi karena tidak ber-istinja’ dari kencingnya.”  (HR. Bukhari-Muslim)

1.      Mencari tempat ketika akan buang air
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اتَّقُوا اللَّاعِنَيْنِ قَالُوا وَمَا اللَّاعِنَانِ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الَّذِي يَتَخَلَّى فِي طَرِيقِ النَّاسِ أَوْ ظِلِّهِمْ
(ABUDAUD - 23) : Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda: "Takutlah kalian terhadap perihal dua orang yang terlaknat." Mereka (para sahabat) bertanya; "Siapakah dua orang yang terlaknat itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Yaitu orang yang buang air besar di jalanan manusia atau tempat berteduhnya mereka."


2.      Jangan menghadap ke arah Kiblat atau membelakanginya
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ  : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَتَيْتُمْ الْغَائِطَ فَلَا تَسْتَقْبِلُوا الْقِبْلَةَ بِغَائِطٍ وَلَا بَوْلٍ وَلَا تَسْتَدْبِرُوهَا
Dari Abu Ayyub Al Anshari ia berkata, Rasulullah Shallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: " Jika engkau buang hajat maka janganlah menghadap kiblat atau membelakanginya, baik buang air besar ataupun air kecil. (HR Tirmidzi:8)
Asy Syafi'i berkata; "Bahwasannya makna dari sabda Nabi  "Janganlah kalian menghadap kiblat atau membelakanginya ketika buang air besar atau kecil" adalah di tempat yang terbuka. Adapun jika di dalam bangunan yang tertutup maka di sana ada keringanan untuk menghadap ke arah kiblat." Seperti ini pula yang dikatakan oleh Ishaq bin Ibrahim.
Sedangkan Ahmad bin Hanbal Rahimahullah mengatakan; "Keringanan ketika buang air besar atau kecil dari Nabi Shallahu 'alaihi wa Sallam itu hanya untuk membelakanginya, adapun menghadap ke arahnya tetap tidak diperbolehkan." Seakan-akan Imam Ahmad tidak membedakan di padang pasir atau dalam bangunan yang tertutup untuk menghadap ke arah kiblat."

3.      Membaca do’a sebelum masuk WC,
عن أنسِ بنِ مالكِ ؓ قال: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ اِذَا دَخَلَ الْخَلاَءَ قَالَ: اَللّٰهُمَّ اِني اعوذبك منَ الخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ ﴿اخرجه السبعة﴾
Dari Anas bin Malik ؓ berkata: Apabila Nabi (akan) masuk ke WC Beliau berkata: Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan. (HR. Imam yang tujuh)
4.      Membaca basmalah ketika akan masuk ke WC, karena kalimat basmalah itu berfungsi untuk menutupi aurat manusia dari penglihatan jin. Sebagai terdapat dalam kitab Shahih al-Jami’:
سَتْرُ مَابَيْنَ أَعْيُنِ الْجِنِّ وَعَوْرَاتِ بَنِيْ اٰدَمَ إِذَا دَخَلَ الْكَنِيْفَ أَنْ يَّقُوْلَ بِسْمِ اللهِ ﴿صحيح الجمع: الشيخ محمد نصير الدين الابانى﴾
“Penutup aurat anak Adam dari pandangan jin ketika masuk WC adalah dengan mengucapkan bismillȃh”.

5.      Disunahkan ketika selesai buang air kecil untuk mengurut kemaluan dengan tiga kali urut.
 عَنْ عِيسَى بْنِ يَزْدَادَ الْيَمَانِيِّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا بَالَ أَحَدُكُمْ فَلْيَنْتُرْ ذَكَرَهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ  ﴿رواه ابن ماجه﴾
Dari Isa bin Yazdad Al Yamani dari Bapaknya ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika salah seorang dari kalian kencing hendaklah mengurut kemaluannya tiga kali." (HR. Ibnu Majah:321)

6.      Bagaimanakah cara/posisi ketika buang air?
Posisi yang diajarkan ketika buang air adalah dengan posisi jongkok;
عَنْ الْمِقْدَامِ بْنِ شُرَيْحِ بْنِ هَانِئٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ مَنْ حَدَّثَكَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَالَ قَائِمًا فَلَا تُصَدِّقْهُ أَنَا رَأَيْتُهُ يَبُولُ قَاعِدًا  ﴿ابن ماجه :۳۰۳﴾
Dari Miqdam bin Syuraih bin Hani` dari Bapaknya dari Aisyah ia berkata; "Barangsiapa menceritakan kepadamu bahwa Rasulullah kencing dengan berdiri maka janganlah engkau membenarkannya, karena aku melihat beliau kencing dengan duduk." (HR. Ibnu Majah:303, )
وَعَنْ سُرَقَةَ بْنِ مَالِكٍ ؓ قال: عَلَّمْنَا رسولُ اللهِ ﷺ فِى الْخَلاَءِ اَنْ نَقْعُدَ عَلَى الْيُسْرَى, وَنَنْصِبَ الْيُمْنَى, ﴿رواه البيهاقى بسندٍ ضعيف﴾
Dari Suroqoh bin Malik ؓ ia berkata: Rasulullah mengajar kita tentang (cara) buang air besar, hendaklah kita duduk di atas kaki kiri dan mengencangkan kaki kanan. (HR. Baihaqi)
Abu Ihsan al-Atsari menyatakan; buang hajat dianjurkan mengambil posisi duduk (maksudnya jongkok) agak miring ke sebelah kiri dan menekan pinggul yang sebelah kiri tersebut. Posisi seperti ini dapat membantu untuk mengeluarkan semua ampas-ampas yang tersisa dalam perut.
Hendaklah mendehem ketika akan selesai buang air agar membantu keluarnya sisa-sisa kotoran yang tertinggal, sebab sangat dimungkinkan kotoran yang belum tuntas akan keluar ketika sudah bangkit dari buang air.
7.      Bagaimanakah hukum kencing dengan berdiri?
Makruh hukumnya buang air kecil sambil berdiri, dan ini merupakan status larangan yang paling ringan. (الوسيط فى الفقه العبادات : العلمه عبد العزيز محمد عزم والعلمه عبد الوهاب سيد هوس)
Kencing sambil berdiri diperbolehkan sebagai rukhsah/keringanan dalam keadaan tertentu, hal ini didasarkan atas beberapa hadits sebagai berikut:
عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ أَتَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُبَاطَةَ قَوْمٍ فَبَالَ قَائِمًا ثُمَّ دَعَا بِمَاءٍ فَجِئْتُهُ بِمَاءٍ فَتَوَضَّأَ  ﴿رواه البخارى:۲۱۷﴾
Dari Hudzaifah ia berkata, "Nabi mendatangi tempat pembuangan sampah suatu kaum, beliau lalu kencing sambil berdiri. Kemudian beliau meminta air, maka aku pun datang dengan membawa air, kemudian beliau berwudlu." (Bukhari:217, )

عَنْ حُذَيْفَةَ  أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَى سُبَاطَةَ قَوْمٍ فَبَالَ عَلَيْهَا قَائِمًا فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوءٍ فَذَهَبْتُ لِأَتَأَخَّرَ عَنْهُ فَدَعَانِي حَتَّى كُنْتُ عِنْدَ عَقِبَيْهِ فَتَوَضَّأَ وَمَسَحَ عَلَى خُفَّيْهِ …. وَحَدِيثُ أَبِي وَائِلٍ عَنْ حُذَيْفَةَ أَصَحُّ وَقَدْ رَخَّصَ قَوْمٌ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ فِي الْبَوْلِ قَائِمًا ……. ﴿رواه الترمذى۱۳:
Dari Hudzaifah berkata; "Nabi    pernah mendatangi tempat pembuangan sampah suatu kaum, lalu beliau kencing sambil berdiri. Aku pergi agar menjauh dari beliau, namun beliau justru memanggilku hingga aku berada di sisinya, kemudian beliau berwudlu dan mengusap khufnya." ………Sedangkan hadits Abu Wa`il dari Hudzaifah adalah hadits yang paling shahih. Sebagian ahlu ilmu telah memberi keringanan kencing sambil berdiri."." (HR. Tirmidzi:13, Nasa’i:27,28,)
عَنْ حُذَيْفَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَى سُبَاطَةَ قَوْمٍ فَبَالَ عَلَيْهَا قَائِمًا ﴿رواه:ابن ماجه:۳۰۱﴾
Dari Hudzaifah ia berkata; "Rasulullah pernah mendatangi tempat pembuangan sampah suatu kaum lalu kencing dengan berdiri." (Ibn Majah:301)
وَقَدْ رُوِيَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ إِنَّ مِنْ الْجَفَاءِ أَنْ تَبُولَ وَأَنْتَ قَائِمٌ
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud, ia berkata; "Sesungguhnya termasuk perangai buruk apabila kamu kencing dengan berdiri." (Hasiyah Sunan Tirmidzi:12)

8.      Bagaimanakah cara istinja’ sebagai awal kesempurnaan wudhu’ dan shalat seseorang?
a.       Hendaklah ber-istinja’ dengan tangan kiri. Hadits dikabarkan oleh Salman al-Farisi:
نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ لِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِالْيَمِيْنِ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِأَقَلَّ مِنْ ثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِرَجِيْعٍ أَوْ بِعَظْمٍ ﴿رواه مسلم﴾
“Rasulullah melarang kami menghadap kiblat ketika sedang buang air besar atau kencing, atau ber-istinja’ dengan tangan kanan atau dengan batu kurang dari tiga biji atau dengan kotoran atau tulang.”(HR. Muslim)

b.      Jika ber-istinja’ dengan batu saja maka hendaklah sekurang-kurangnya dengan tiga buah batu atau tiga buah sisi batu dengan syarat tempat najis benar-benar bersih. Hadits yang dikabarkan oleh Jabir Ra. Rasulullah bersabda:  
إِذَ اسْتَجْمَرَ أَحَدُكُمْ فَلْيُوْتِرْ ثَلاَثًا ﴿أحمد و بيهاقى و ابن ابو شيبه﴾
“Jika salah seorang di antara kamu ber-istinja’ dengan batu (istijmar), maka hendaklah ia mengganjilkan tiga kali.”
Imam Asy-Syafi’i dan Imam Ahmad mewajibkan penggunaan tiga batu atau lebih dalam istijmar (ber-istinja’ dengan batu atau semisal selain air) berdasarkan hadits Jabir tersebut. (الوسيط فى الفقه العبادات : العلمه عبد العزيز محمد عزم والعلمه عبد الوهاب سيد هوس)
نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ لِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِالْيَمِيْنِ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِأَقَلَّ مِنْ ثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِرَجِيْعٍ أَوْ بِعَظْمٍ ﴿رواه مسلم﴾
“Rasulullah melarang kami menghadap kiblat ketika sedang buang air besar atau kencing, atau ber-istinja’ dengan tangan kanan atau dengan batu kurang dari tiga biji atau dengan kotoran atau tulang.”(HR. Muslim)

c.       Bolehkah ber-istinja’ dengan tisu WC/Toilet?
Boleh juga di sini menggunakan batu atau benda suci lainnya yang dapat mengangkat najis dan bukan benda yang dimuliakan, serta dengan semua benda yang dapat menghilangkan najis tanpa membatasi jenisnya. (الوسيط فى الفقه العبادات : العلمه عبد العزيز محمد عزم والعلمه عبد الوهاب سيد هوس)
Cara yang paling afdhal adalah mengawali istinja’ dengan batu kemudian diikuti dengan air.  Penggunaan batu di awal dapat menghilangkan materi najisnya, sementara penggunaan air setelahnya dapat menghilangkan bekasnya. (الوسيط فى الفقه العبادات : العلمه عبد العزيز محمد عزم والعلمه عبد الوهاب سيد هوس)
d.            Bagaimanakah jika dalam ber-istinja’ hanya dengan batu atau air saja?
Diperbolehkan dalam ber-istinja’ mencukupkan diri dengan hanya menggunakan satu media istinja’ saja, dan yang paling afdhal dalam hal ini adalah menggunakan air sebab air bisa menghilangkan benda najis dan bekasnya. (الوسيط فى الفقه العبادات : العلمه عبد العزيز محمد عزم والعلمه عبد الوهاب سيد هوس)
e.       Cara istinja’ dengan menggunakan air sama caranya dengan membersihkan najis mutawasithah (sedang), yakni digosok dan di basuh dengan air muthlaq bukan hanya diusap dengan air.
f.       Disunnahkan membaca do’a setelah selesai buang air dan keluar keluar dari WC dengan do’a:
غُفْرَنَكَ ﴿احمد, ابودود, ِالنسائ, الترمذى, ابن ماجه, ابن حبان, الحاكم, الدارمى, ابن جارود, البخارى, ابن السنى, عن عائشة﴾

3 komentar:

Klik Sign in untuk menjadi Anggota!